BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Nabi
Muhammad saw., setelah resmi diangkat menjadi Rasulullah, menyebarkan ajaran
Agama Islam di Jazirah Arab dengan cara sembunyi-seLmbunyi, setelah pengikut Agaama Islam telah banyak dari keluarga
terdekat Nabi dan sahabat, maka turun perintah Allah untuk menyebarkan Islam
secara terang-terangan. Namun dalam
penyebarannya tidak berjalan mulus, Rasulullah dalam menyebarkan Islam mendapatkan tantangan dari suku Quraisy . Islam disebarkan dan dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia membela Islam meski harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan, sehingga Islam dapat berkembang dalam waktu yang relatif singkat.
penyebarannya tidak berjalan mulus, Rasulullah dalam menyebarkan Islam mendapatkan tantangan dari suku Quraisy . Islam disebarkan dan dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia membela Islam meski harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan, sehingga Islam dapat berkembang dalam waktu yang relatif singkat.
Sepeninggal Rasulullah saw., kepemimpinan Islam
dipegang oleh Khulafā’ al-Rāsyidīn.
Pada masa ini Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan telah
meluas ke seluruh Wilayah Arab. Meskipun Islam telah berkembang pada masa
ini, namun juga banyak mendapat
tantangan dari luar dan dalam Islam sendiri. Seperti pada masa khalifah Ali bin
Abi Thalib banyak terjadi pemberontakan di daerah hingga terjadi perang
saudara. Salah satu perang dimasa Ali bin Abi Thalib ialah peperangan antara
Muawiyah dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang menghasilkan abitrase,
sehingga Muawiyah menggantikan posisi Ali bin Abi Thalib. Dampak yang
ditimbulkan dari abitrase ini adalah pengikut
Ali bin Abi Thalib bersepakat untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah karena dianggap telah kafir dan halal dibunuh. Dalam rencana
pembunuhan ini, hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh.
Berakhirlah masa Khulafā’ al-Rāsyidīn dan digantikan oleh pemerintahan Dinasti
Umayyah dibawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sofyan. Pada masa pemerintahan
Dinasti Umayyah, Islam semakin berkembang dalam segala aspek hingga perluasan
daerah kekuasaan.
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah berakhir,
maka pemerintahan Islam digantikan oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti
Abbasiyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan Umat Islam.
Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti ini
berdiri sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani
Hasyim setelah wafat Rasulullah saw.,
yaitu menyandarkan khilāfah kepada
keluarga Rasulullah dan kerabatnya.
Dan dinasti abasiah berakhir .maka pemerintahan
islam digantikan oleh pemerintahan dinasti umayyah 2.dan dinasti umayyah
merupakan dinasti terakhir dalam masa klasik.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Bagaimana masa kekuasaan dinasti
umayyah,dinasti abbasiah dan dinasti umayyah 2 ?
2)
Bagaimana kemajuan-kemajuan Islam yang dicapai
pada masa pemerintahan Dinasti dinasti
umayyah,dinasti abbasiah dan dinasti umayyah 2 ?
3)
Apa yang menjadi penyebab kemunduran Dinasti umayyah,dinasti
abbasiah dan dinasti umayyah 2 ?
1.3
Tujuan Masalah
1)
Untuk mengetahui masa kekuasaan dinasti
umayyah,dinasti abbasiah dan dinasti umayyah 2 ?
2)
Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan Islam yang
dicapai pada masa pemerintahan
Dinasti dinasti umayyah,dinasti abbasiah
dan dinasti umayyah 2 ?
3)
Untuk mengetahui penyebab kemunduran Dinasti umayyah,dinasti
abbasiah dan dinasti umayyah 2 ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 .Masa
kekuasaan Dinasti Umayyah 1
Penyebaran
islam pada dinasti umayyah 1 terjadi pada beberapa khalifah yang menonjol.
berikut ini beberapa khalifah dinasti umayyah yang cukup
berprestasi dalam perluasan islam.
1.Penyebaran
islam pada masa khalifah muawiyyah bin abu sufyan
Masa kekuasaan muawiyyah tergolong cemerlang.
Ia berhasil menciptakan keamanan dalam negeri dan kemakmuran , Perluasan wilayah kekuasaan
islam yang dilakukan khalifah mu’awiyyah sebagai berikut.
a . India (43 H/633M)
Perluasan wilayah kekuasaan islam ke india dimulai dari kota
khurasan yang dipimpin oleh muhallab bin abi sadrah ,dalam memperluas kekuasaan islam
tidak hanya menggunakan kekuatan militer tetapi juga melalui pendekatan
kemanusiaan dan keagamaan sehingga mereka menerima umat islam dengan senang hati
tanpa melakukan perlawanan .
b. Afrika Utara (50 H
/671 M)
Expansi ini dipimpin Uqbah bin Nafi.ia berhasil menguasai daerah
lybia ,Tunisia ,dan kartago.Ia juga mengislamkan bangsa barbar ,bangsa asli di
afrika utara..Ugbah bin Nafi mendirikan kota khoiruwan dan menjadikannya pusat
kekuatan militer pasukan islam di Afrika Utara.Sebelum dikuasai pasukan islam
,wilayah ini termasuk jajahan kerajaan Romawi.
c. Konstantinopel
Adalah
ibu kota kerajaan Romawi Timur dan menjadi pusat kegiatan agama Kristen Oretodoks.Muawiyah
mempunyai beberapa alasan untuk menaklukan kota tersebut.
Penyerangan dan penaklukan kota
konstantinopel dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama tahun 48 H / 669 M .
Penyerangan ini dipimpin Yazid bin Muawiyyah dengan dibantu Sufyan bin Auf.dalam
penyerangan dan pengepungan ini pasukan islam tidak berhasil menaklukan dan
menguasainya. Kedua tahun 58 H / 679 M . Pasukan islam berhasil berhasil
melakukan penyerangan dan pengepungan Kota Konstantinopel , tapi dalam penyerangan
ini pasukan islam tidak berhasil menguasai kota Konstantinopel sepenuhnya
karena tiba-tiba terdengar berita bahwa Muawiyyah wafat.
,
2 . Penyebaran Islam pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik
Perluasan kekuasaan pada masa khalifah al walid bin abdul
malik,meliputi asia tengah ,afrika utara dan spanyol di eropa.
a.
Penaklukan Asia Tengah
Pada tahun 705 M, dibawah panglima
Qutaibah ,Balkh ibu kota Turkistan mampu ditaklukan. Kemudian ,Qutaibah
melanjutkan penaklukan ke wilayah Bukhara .tahun 710 M ,Qutaibah menyebrangi
selat oxus mengalahkan raja Khawarizm.selama 2 tahun ,Qutaibah berhasil menaklukan dan menguasai
wilayah Timur lainya ,seluruh kota diwilayah fagana dan perbatasan daratan cina
berada dibawah kekuasaan dinasti Umayyah.
b.
penaklukan kembali wilayah afrika utara
Wilayah Afrika Utara
melepaskan diri lagi dari kekuasaan dinasti Umayyah ,bahkan bangsa Barbar terus
melancarkan pemberontakan .sebab itulah khalifah al-Walid bin abdul malik kembali untuk
mempertahankan wilayah tersebut ,agar tetap menjadi bagian dari dinasti
umayyah. Al Walid mengirim pasukan yang dipimpin Musa bin Nusair untuk
mengatasi pemberontakan sekaligus mengangkatnya sebagai gebenur disana. Berbagai
pemberontakan disana dapat diatasi dan beberapa laut tengah dapat dikuasai seperti
kota Mayorca,Minorca dan wilayah perbatasan spanyol.
c.
penaklukan spanyol
penaklukan Spanyol
merupakan peristiwa paling penting dalam sejarah perjalan umat islam kususnya
pada masa dinasti Umayyah (661-750).Spanyol merupakan wilayah bagian kerajaan
Romawi.ketika penguasa setempat dikalahkan oleh pasukan Gothic,spanyol memasuki
periode pemerintahan yang zalim .para penguasanya menidas dengan kejam terutama
pada petani.untuk kalangan menengah dan kaum bangsawan ,dibebaskan dari
berbagai pungutan.
keberhasilan roderik
menguasai spanyol membuat dirinya berambisi untuk menguasai wilayah afrika
utara .kepuluan ceuta dikuasai roderik dan rajan julian juga diusir.kemudian
raja tersebut meminta bantuan musa bin nusair,kemudian musa bin nusair
mengirimkan tharif bin bin malik untuk menyelidiki keadaan.kemdian thariq bin ziyad yang dipercayai melakukan penyerangan
di spanyol dengan 7000 pasukan.
Tharig bin ziyad
berhasil memasuki wilayah benteng pertahanan
spanyol disebuah selat.selat tersebut dikenal dengan nama selat jaba
thariq.penaklukan terjadi tahun 711 M .Roderick akhirnya terdesak ketebing
sungai guadalete dan mencerburkan diri hingga tewas.tharig bin ziyad mampu
menguasi sidonia ,carmona, dan Granada.keberhasilan thariq inilah yang mudah
mengusai cordova dan Toledo,ibu kota spanyol.Pada tahun 712 M ,musa bin nusair
menbawa 18.000 pasukan kesepanyol untuk menaklukan wilayah wilayah kecil lainya
2.1.1 kemajuan –kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Umayyah
A.kemajuaan
dibidang ilmu pengetahuan agama
1)
ilmu qiraat
ilmu yang mempelajari tentang bacaan alquran Orang yang pandai membaca Al- Qur'an disebut Qurra
macam-macam qiraat:
a .Dari segi
kuantitas
Qiraat sab’ah (qiraat tujuh),Qiraat
Asyrah (qiraat sepuluh) , Qiraat Arba’at Asyarh (qiraat empat belas) ,
b. Dari segi kualitas
Qiraat Mutawatir ,Qiraat Masyhur ,Qiraat
Ahad, Qiraat Syadz, Qiraat Maudh As-Suyuthi
2)
Ilmu Tafsir
ilmu yang berusaha untuk memberikan penafsiran terhadap
ayat-ayat Al-Qur'an dengan tujuan untuk menghasilkan hukum dan undang-undang.
Ahli tafsir yang pertama yaitu Ibnu Abbas, seorang shahabat terkenal dan wafat
pada tahun 68 H. Menurut riwayat yang mutawatir beliau adalah orang yang
pertama menafsirkan Al—quran, ahli tafsir lainnya adalah Mujahid yang wafat
pada tahun 109 H dan ulama Syi'ah yaitu Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain.
3)
Ilmu Hadits
Untuk membantu di dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Karena terdapat banyak hadits maka timbullah
usaha untuk mencari riwayat dan sanad yang hadits yang akhirnya menjadi Ilmu Hadits
.Para ahli hadits yang terkenal pada zaman ini adalah :
Ø Abu Bakar bin Muhammad bin Ubaidillah bin Zihab Az-Zuhri ( W.123 H )
Ø Ibnu Abi Malikiah, yaitu Abdulloh bin Abi Malikiah ( W. 119 H ).
Pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz barulah hadits dibukukan yang dirintis oleh Ibnu Zihab Az-Zuhri yang kemudian disusul oleh ulama lain.
Pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz barulah hadits dibukukan yang dirintis oleh Ibnu Zihab Az-Zuhri yang kemudian disusul oleh ulama lain.
4) Ilmu tata bahasa ( Ilmu Nahwu dan shorof)
yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada
kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Pengarang ilmu nahwu yang pertama
dan membukukannya seperti halnya sekarang, yaitu Abu Aswad Ad-Dualy ( W. 69 H
). Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib sehingga ada ahli sejarah yang
mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Bapak Ilmu Nahwu.
B.Kemajuan di
Bidang Pemerintahan
1)
organisasi
politik
Organisasi
politik dan pemerintahan pada dinasti umayyah melipiti jabatan
khalifah,wizarah(kementerian) ,kitabah (kesekretariatan) dan hijabah
(pengawalan pribadi)
2)
organisasi
Tata Usaha Negara
organisasi
usaha Negara pada dinasti umayyah dibagi menjadi 4 departemen,yaitu
a)
diwan
al -kharraj
b)
diwan
ar- rasail
c)
diwan
al-musytagillat
d)
diwan
al khatim
3)
organisasi
keuangan
sumber keuangan
pada masa dinasti umayyah berasal dari pajak tanah dari daerah –daerah taklukannya.pada
masa hisyam bin abdul malik pajak tanah dikenakan kepada semua penduduk yang
berada dibawah kekuasaan dinasti umayyah.
4)
Organisasi Ketentaraan
Organisasi ketentaraan
pada masa dinasti umayyah merupakan kelanjutan dari upaya yang telah dibuat
oleh khulafaur rasyidin.pada masa sebelumnya siapa saja boleh menjadi
tentara.pada dinasti umayyah yang boleh
menjadi tentara hanya orang arab atau keturunanya.
5)
Organisasi kehakiman
Pada masa
dinasti umayyah ,kekuasaan politik telah dipisahkan dengan kekuasaan pengadilan
.kekuasaan kehakiman pada masa itu dibagi menjadi 3 badan yaitu
1.
Al-qada,yaitu
badan yang bertugas menyelesaikan perkara –perkara yang bewrhubungan dengan
Negara.
2.
Al-hisbah
yaitu badan yang bertugas menyelesaikan perkara –perkara umum dan soal-soal
pidana yang memerlikan tindakan cepat
3.
An-nadar
fil madalim,yaitu mahkamah tertinggi
2.1.2Faktor-faktor
yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran
Dinasti bani Umayyah.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Bani Umayyah diklasifikasi menjadi dua bagian :
·
Faktor internal ,yaitu berasal dari dalam
istana sendiri antara lain
a.
perselisihan antara keluarga khalifah,
b.
perilaku khalifah atau gubernur jauh dari aturan islam
· Faktor eksternal istana ,adalah yang berasal
dari luar istana
a.
Perlawanan dari kaum Khawarij
b. Perlawanna
dari kalangan Syi`a
c. Perlawanan dari golongan
Mawalid.
d.Pertentangan etnis Arab Utara dengan
Arab Selatan
.e.
Perlawanan dari Bani Abbasiyah
2.2.1 Masa kekuasaan Bani
Abbasiyah
Perkembangan islam pada masa masa dinasti abbasiah cukup mengagumkan . dinasti abbasiah adalah
dinasti yang paling lama berkuasa ,lebih dari 5 abad dan pernah mewujudkan
zaman keemasan umat islam.
Selama dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Berdasarkan pola pemerinthan itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan
Bani Abbasiyah pada empat periode :
· Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah
tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
· Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada
tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334
H/946 M.
· Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah
tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447 H/1055 M
· Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun
447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.
1) Masa Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa ini diawali sejak Abul Abbas
menjadi khalifah dan berlangsung selama satu abad hingga meninggalnya khalifah
Al-Watsiq. Periode ini dianggap sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini
disebabkan karena keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan.Wilayah
kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut
Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang
cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah khalifah Abul Abbas
ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi
(785-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), Al-Ma'mun (813-833
M), Ibrahim (817 M), Al-Mu'tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2) Masa Abbasiyah II ( 232 H/847 M-334 H/946 M)
Periode ini diawali dengan
meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihiyah bangkit
memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta menjadi khalifah,
masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki.
Setelah Al-Mutawakkil meninggal dunia, para jendral yang berasal
dari Turki berhasil mengontrol pemerintahan. Ada empat khalifah yang dianggap
hanya sebagai simbol pemerintahan dari pada pemerintahan yang efektif, keempat
pemerintahan itu adalah Al-Muntasir (861-862 M ), Al-Musta'in (862-866 M),
Al-Mu'taz (866-896 M), dan Al-Muhtadi (869-870 M). Masa pemerintahan ini
dinamakan masa disintegrasi, dan akhirnya menjalar keseluruh wilayah sehinngga
banyak wilayah yang memisahkan diri dari wilayah Bani Abbas dan menjadi wilayah
merdeka seperti Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
3) Masa Abbasiyah III (334 H/946 M -447 H/1055 M)
Masa ini ditandai dengan berdirinya Dinasti
Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini jatuhnya Khalifah Al-Muktafi (946 M) sampai dengan
khalifah Al-Qaim (1075 M). Kekuasaaan Buwaihiyah sampai ke Iraq dan Persia
barat, sementara itu Persia timur, Transoxania, dan Afganistan yang semula
dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah beralih kepada Dinasti Gaznawi. Kemudian
sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah berdiri di Mesir.
Kekhalifahan Baghdad jatuh sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk
keselamatan, khalifah meminta bantuan kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti
Buwaihiyah cukup kuat dan berkuasa karena mereka masih menguasai Baghdad yang
merupakan pusat dunia islam dan menjadi kediaman Khalifah
Pada akhir Abad kesepuluh, kedaulaulatan
Bani Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak memiliki kekuasaan diluar kota
Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah berhasil dipecah menjadi dinasti Buwaihiyah
di Persia (932-1055 M), dinasti Samaniyah di Khurasan (874-965 M), dinasti
Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030 M),
dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171 M), dan dinasti Gaznawi di Afganistan
(962-1187 M)
4) Masa Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa
ini ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih
pemerintahan Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu
ketika tentara mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh
dunia Islam terutama bagian timur.
2.2.2 ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
v Ilmu
Kedokteran
Pada
mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan
adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran.. Dinasti Abbasiyah
telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai berikut
· Hunain
Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata dan
penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
· Ar-Razi
(809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan
campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya
dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
· Ibnu
Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi
At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa
dan negara-negara Islam.
· Ibnu
Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh
darah dan penyakit cacar. Dll.
v Astronomi,
ilmu ini melalui karya India Sindhind kemudian diterjemahkan oleh
Muhammad Ibnu Ibrahim Al-Farazi (777 M). Ia adalah astronom Muslim pertama yang
membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Di samping
itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa
Al-Asturlabi, Al-Farghani, Al-Battani, Umar Al-Khayyam dan Al-Tusi.
v Ilmu kimia.
Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815 M).
Sebenarnya banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-Razi, Al-Tuqrai
yang hidup pada abad ke-12 M.
v Sejarah dan geografi.
Pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin
Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir Al-Tabari. Kemudian, ahli
ilmu bumi yang masyhur adalah ibnu Khurdazabah.
v Ilmu
Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke
bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika
islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar
wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah
Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli
ilmu matematika.
v Ilmu
Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa
Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni , jami'
al-mufradat al-adawiyah
v Ilmu
tafsir
Tafsir Pada masa ini yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir
Bir ra'yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan
Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua
lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang
terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan
karangannya jami' al-bayan fi tafsir Al-Qur'an, Al-Baidhawi dengan
karangannya Ma'alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanyaal-kassyaf,
Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan
lain-lainnya.
v Ilmu
Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah
Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk
mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang
paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul
ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang
terkenal ialah Imam
Bukhari (W.256
H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti
terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam
Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H)
terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim,
buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam
dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh
Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam
Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa'i oleh Al-Nasa'i ( W.303 H)
dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam
buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
v Ilmu
Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika
dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini
disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih besar
pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal
jamaah. Muncul Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai
akal (rasio) dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung
memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi'i
(150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra'yi,
dengan Ahl al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad bin
Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang
luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih dapat
kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah,
dan sebagainya.
v Ilmu
Tashawuf
Dalam
bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa
pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi
pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai
sekarang yaitu buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima
jilid. Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang
berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi
menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan
bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
v
Ilmu fiqih
Dalam bidang fiqih, pada masa ini lahir fuqaha legendaris yang
kita kenal, seperti Imam Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam
Syafei (767-820 M) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (780-855 M).
2.2.3
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Dinasti bani
Abbasiah
A. Faktor Internal
A. Faktor Internal
- Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
- Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang
Memerdekakan Diri
- Kemerosotan Perekonomian
- . Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan
Fanatisme Keagamaan
B.
Faktor Eksternal.
· Serangan Mongolia ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti
Abbasiyah
2.3 Sistem kekuasaan dinasti umayyah 2
Untuk sistem pemerintahan pada masa Dinasti Bani
Umayyah ini dibagi menjadi beberapa masa pemerintahan. Lain diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Abd Al Rahman Al Dakhil
Diceritakan bahwa Abd Al Rahman Al Dakhil
adalah Pangeran Bani Umayyah yang selamat dari tragedi pemusnahan sisa-sisa
keluarga Bani Umayyah oleh Bani Abassiyah. Kemudian Ia melarikan diri menyusuri
Afrika Utara dan hal ini pula untuk pertama kalinya seorang pangeran Bani
Umayyah masuk ke wilayah Andalusia. Sehingga ia mendapat gelar Ad Dakhil.
Abdurrahman ad-Dakhil memasuki Spanyol pada tahun 755 M. dan diberi gelar
Al-dakhil (yang masuk ke Spanyol). Abdurrahman ad-Dakhil diangkat sebagai
Gubernur Cordova pada bulan Desember 755 M dan pada bulan Mei berikutnya
Abdurrahman ad-Dakhil membangun tempat tinggal di kota itu serta mengangkat
dirinya sebagai Amir.
` Pada masa ini banyak tantangan yang
dihadapi Abdurrahman ad-Dakhil, baik yang datang dari dalam negeri maupun dari
luar negeri. Disamping itu Abdurrahman ad-Dakhil menghadapi musuh dari luar
Islam, yakni Charli Magne, yang pasukannya dapat melintasi pegunungan Pyrenia.
Lawan
yang datang dari daratan Eropa itu dihadapi dengan gagah perkasa. Roland,
pemimpin pasukan Charle Magne itu mati terbunuh, dengan kemenangan itu
Abdurrahman ad-Dakhil bertambah kuat kedudukannya, dan untuk selanjutnya
Abdurrahman ad-Dakhil membangun negerinya. Diantara pembangunan yang dilakukan
Abdurrahman ad-Dakhil ialah memperindah kota-kota, membangun benteng-benteng
yang kokoh dan membangun istana dan Abdurrahman ad-Dakhil meletakkan batu yang
pertama untuk pembangunan Masjid yang terbesar nantinya dibelahan Dunia Islam
manapun, yang dilakukan dua tahun sebelum wafatnya, tahun 789 M. Sebelum wafat
Abdurrahman ad-Dakhil telah menunjuk anaknya untuk menggantikan kedudukannya
yakni Hisyam Ibnu Abdurrahman.
2. Hisyam I,
Hisyam Ibnu Abdurrahman memerintah pada tahun
788-796 M. Hisyam ibnu Abdurrahman
terkenal pintar. Dalam hal agama, dia seorang yang taqwa dan warak. Hisyam ibnu
Abdurrahman memperhatikan masalah-masalah agama Islam, sesuai dengan agama
Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW. Pada masa pemerintahan Hisyam ibnu
Abdurrahman tersebar Madzhab Maliki di Spanyol yang berasal dari Imam Malik ibn
Anas yang berpusat di Madinah. Madzhab Maliki tersebar luas di Spanyol atas
jasa seorang ulama yang diutus belajar ke Madinah untuk mempelajari Madzhab
Maliki secara langsung dari Imam Malik. Ulama tersebut bernama Ziyad ibn Abdurrahman,
kemudian dari padanya tersebar luas madzhab itu di Spanyol lewat Yahya ibn
Yahya al-Laisi.
Pada
zaman keamiran Hisyam I, dia menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh
saudaranya sendiri di Toledo yakni Abdullah dan Sulaiman. Hisyam mengarahkan
perhatiannya ke wilayah Utara. Umat Kristen yang melancarkan gangguan keamanan
ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan Perancis. Kota Norebonne
ditaklukkannya, sementara suku Galicia mengajukan perundingan perdamaian.
Hisyam
merupakan penguasa yang adil dan murah hati khususnya terhadap rakyat yang
lemah dan miskin. Ia membangun jembatan Cordova dan merampungkan pembangunan
mesjid dan gereja yang dibangun oleh ayahnya. Dalam bidang hukum, Hisyam
menganut Madzhab Maliki dan menjadikannya madzhab resmi di Andalusia. Ulama
Spanyol menduduki tempat yang tinggi di Istana Kerajaan, dan selalu member
nasehat serta memberi pendapatnya kepada sang penguasa itu. Hisyam ibnu
Abdurrahman memerintah 8 tahun. Dia wafat pada tahun 796 M. Kendali pemerintahan
diteruskan oleh anaknya Hakam ibn Hisyam.
3. Hakam I
Hakam ibn Hisyam memerintah pada tahun 796-821
M. Sifat-sifat yang dimiliki Hakam ibn Hisyam berbeda dengan sifat yang
dimiliki oleh ayahnya. Dia suka berhurahura, gemar berburu dan suka berolahraga.
Dia memiliki kecerdasan yang luar biasa, akan tetapi tidak begitu senang
dikelilingi ulama, berbeda dengan ayahnya yang senang memuliakan ulama.
Sehingga dia kurang disenangi ulama, maka para ulama akan menggantikan Hakam
ibn Hisyam dari kedudukannya.
Rencana itu
diketahui Hakam ibn Hisyam, maka Hakam ibn Hisyam menghadapi para ulama itu
dengan sikap keras. Banyak ulama terbunuh dan keluarga mereka diusir dari
Spanyol . Dalam hal perbaikan negeri, Hakam ibn Hisyam termasuk orang yang
berjasa dan pertama kali membuat tentara yang teratur dan mendapat gaji tetap,
mengumpulkan banyak senjata, dan memperhatikan kuda-kuda tempur dalam kondisi
yang prima. Dengan pasukan yang kuat itulah ia menghadapi pemberontakan dalam
negeri dan musuh dari luar negeri. Hakam ibn Hisyam meninggal pada tahun 206 H
/ 822 M, setelah berkuasa selama 26 tahun, suatu periode yang paling banyak
diwarnai pertempuran. Ibnu Al-Athir, mencatatnya sebagai penguasa Andalusia
pertama yang bijaksana sekaligus ksatria. Satu kekurangannya adalah tidak
bersikap ramah terhadap fuqaha. Ia tidak menghendaki campur tangan fuqaha dalam
urusan Negara. Inilah sebab timbulnya gerakan fuqaha yang berusaha
menggulingkan kekuasaan Hakam I. Mererka muncul sebagai oposisi hakam dan
berusaha menciptakan kegaduhan sehingga melatari gerakan pemberontakan di
Gordoha. Setelah Hakam I meninggal maka kekuasaan di limpahkan kepada anaknya
Abd Rahman Al Ausat atau yang sering dikenal sebagai Abd Rahman II.
4. Abd Al Rahman Al Ausath,
Abdurrahman al-Ausat memerintah pada tahun
822-852 M. Abdurrahman al-Ausat tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras
walaupun dididik dalam kemewahan. Ia memiliki visi untuk selanjutnya
menyentralkan pemerintahan, mengantarkan pada terbentuknya sebuah kelas
sekretarial yang terdiri dari kalangan pedagang dan klien, serta membentuk
monopoli dan penguasaan negara terhadap pasar-pasar perkotaan.
Peristiwa penting yang terjadi pada saat itu
adalah serangan dari bangsa Normand pada tahun 824 M. Akan tetapi pasukan
Normand itu dapat dikalahkan oleh tentara kaum Muslimin. Kejadian-kejadian
dalam negeri yang paling penting antara lain pertentangan-pertentangan antara
sesama bangsa Arab sendiri, sebagaimana pertentangan antara kaum Mudar dengan
suku Arab dari Yaman di Murcea. Disamping itu terjadi pula
pemberontankan-pemberontakan kecil yang semuanya dapat dihadapi oleh
Abdurrahman al-Ausat dengan kemenangan (Hamid, 1964:98-100).
Abdul Rahman Ausat ini telah menyempurnakan
proses konsolidasi pemerintahan pusat. Ia membentuk angkatan bersenjata dari
para tawanan yang berasal dari wilayah Utara Spanyol dari Jerman, dan dari
negeri-negeri Slavia. Pasukan militer, yang dikenal dengan nama Sagaliba,
belakangan diperkuat dengan tentara Barbar profesional nonkesukuan dan tentara
bayaran lokal.
Aspek administrasi (pemerintahan) juga
diperkokoh. Seorang hajib (setinggi wazir dalam kedudukan) ditunjuk menangani
administrasi dan perpajakan. Abdul Rahman Ausat mengupayakan dan mengadopsi
bentuk-bentuk cultural Abbasiyah Baghdad, sebagaimana di wilayah Timur, kultur
istana berusaha menyatukan simbol-simbol Muslim. Abdul Rahman Ausat juga
mengadakan pembangunan dan perluasan di berbagai daerah. Perluasan Masjid Agung
Cordova, merancang sejumlah proyek irigasi, dan lain-lainnya. Arsitektur
kekhalifahan yang meliputi arsitektur masjid, istana dan tempat pemandian umum
juga diilhami model arsitektur bangsa Timur. Beberapa unsur Visigothik dan
Romawi juga dimasukkan ke dalam desain arsitektur Muslim. Pada abad sepuluh
amir-al mu’minin juga membangun sebuah kota kerajaan yakni Madinat al Zahroh,
sebuah kota yang dihiasi dengan berbagai istana, pancuran air, pertamanan yang
megah yang menandingi keindahan komplek istana Baghdad. Abdur Rahman Ausat ini
pada hakekatnya mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh Hakam.
Kerusuhan pada saat itu ditimbulkan oleh umat
Kristen yang dipimpin suku Leon. Juga serbuan bangsa Normandia di wilayah
pantai Spanyol. Kedua kekuatan ini dapat dikalahkan. Pada masa pemerintahan
Abdur Rahman II selama 30 tahun, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan
kemakmuran. Ia sangat mencintai seni kepustakaan dan berusaha membangun Cordova
sebagai Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah istana, taman, dan menghiasi ibu
kota dengan berbagai bangunan masjid yang indah. Sesudah wafatnya Abdurrahman
al-Ausat pada tahun 952 M. dan kekuasaannya diganti oleh anaknya Muhammad ibn
Abdurrahman.
5.
Muhammad bin Abd Al Rahman,
Muhammad
menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman II al Ausat. Gangguan politik yang
paling serius terjadi pada masa ini, yang datang dari umat Islam sendiri.
Pemberontak di Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon bangkit menentang
Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan pemberontak di Guadelet. Di
Cordova timbul gerakan perusuh, Muhammad segera menempuh langkah pengamanan
dengan menumpas semua pemberontak. Kekacauan di pusat pemerintahan dimanfaatkan
oleh Perancis dengan menciptakan gangguan di wilayah Utara, dan Normandia
melancarkan serbuan di wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan ini dapat
dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir masa pemerintahan muncul
pemberontakan. Sedangkan pemberontakan terbesar terjadi antara kota Ronda dan
Malaga yang dipimpin oleh Umar Ibnu Hafsun. Ia berusaha mendirikan negeri
merdeka yang didukung oleh tokoh Kristen dan penguasa Franka. Muhammad mengirim
pasukan dipimpin Munzir. Pada saat inilah kepemimpinan dialihkan kepada Munzir.
6.
Munzir bin Muhammad,
Munzir merupakan penguasa yang enerjik dan
pemberani. Seandainya ia berusia panjang, niscaya ia mampu menegakkan perdamaian
dan ketertiban negara. Munzir memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi
kekuatan Umar Ibn Hafsun. Ia meninggal sebelum berhasil mengamankan negara dari
gangguan para pemberontak. Masa kepemimpinan Munzir tidak begitu dicatatt
sejarah karena Beliau memimpin hanya sementara. Yang mana setelah beliau
meninggal digantikan oleh saudaranya Abdullah bin Muhammad.
7. Abdullah bin Muhammad
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut Ibn
al-Athir, pada masa ini timbul gerakan pemberontak dan kerusuhan di segenap
wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak masa pemerintahan Abdullah
hingga pemerintahan Abdullah berakhir. Dia tidak hanya mendapat perlawanan dari
Spanyol pedalaman tetapi aristokrasi Arab menentangnya juga.
Kekacauan-kekacauan itu timbul dari orang-orang Arab seperti Bani Hajjaj di
Asybilia yang ingin merdeka dari ikatan Bani Umayah di Spanyol dan orang
Barbar, Ibnu tarkid di Merida, serta Indo-Arab (Arab keturunan) di sebelah
Barat daya, khususnya ibn Hafsun. Dan masih banyak lagi musuh-musuh besar
lainnya. Kekacau balauan tersebut mencapai puncaknya pada masa Abdullah ibn
Muhammad. Lalu pemerintahan di alihkan pada Abd al Rahman Al-Nasir atau dikenal
dengan Adb Rahman III.
8.
Abd al-Rahman
al-Nasir (912-961 M)
Abd
al-Rahman al-Nasir (Abd al-Rahman III) menggantikan kedudukan ayahnya pada usia 21 tahun. Penobatannya dapat
diterima di kalangan. Pada tahun 913 M Abdur Rahman mengumpulkan pasukan
militer yang sangat besar. Pihak perusuh gentar dengan kekuatan militer Abdur
Rahman III. Dengan demikian, dia dapat menaklukkan kota besar di utara Spanyol
kemudian Saville dengan mudah. Suku Barbar dan umat Kristen yang selama ini
menjadi perintang kini tunduk kepada Abdur Rahman III.
Kebangkitan kebudayaan Islam di
Andulusia semakin lebih semarak dan berkembang pada masa pemerintahan
Abdurrahman III (912-961). Ia mulai
memerintah pada usia 23 tahun. Pemerintahannya berlangsung selama 50 tahun dan
mengantarkan Daulah Umayyah di Andalusia ke gerbang puncak kebesaran dan kemegahan tiada tara. Abdurrahman III padatahun 316 H (929 M) mengumumkan bentuk
kekuasaannya dari bentuk emirat menjadi bentuk khilafat serta memproklamasikan dirinya sebagai Khalifah dan menyebut dirinya sebagai Khalifah al-Nashir li-dinillah (Khalifah
Pembela Agama Allah). Ada tiga faktor yang mendorong dan melatarbelakangi
tindakannya itu:
Pertama,
kedudukan para Khalifah Abbasiyyah di Bagdad sejak meninggalnya Khalifah
al-Mutawakil (847-1171) sudah tidak ada gunanya karena para pemegang kekuasaan
yang sebenarnya yang menyebut dirinya Sultan (High Executent) telah berbuat semaunya: menurunkan, mengangkat dan
membunuh setiap Khalifah;
Kedua,
Daulah Fathimiyyah (909-1171 M) yang berhasil menumbangkan Daulah Aghlabiyah
(801-909 M) di AfrikaUtara telah membebaskan diri sepenuhnya dari kekuasaan
pusat di Bagdad dan memproklamasikan khilafat serta menyebut para pejabatnya
sebagai Khalifah.
Ketiga,
Daulah Fathimiyyah (909-1171) yang telah
berhasil sepenuhnya menguasai wilayah Afrika Utara, pulau Sicily, Calabria di
semenanjung selatan Itali, Afrika Barat dan Sudan Sahara, sudah dapat dihalau
oleh Abdurrahman III padatahun 316 H (929 M) dari seluruh Afrika Barat dan
Sudan Sahara.[1][3]
Abdurrahman III mewariskan kekuasaannya kepada anaknya yang dikenal
dengan Hakam II.
9. Hakam II
(961-976 M)
Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya yang
bernama Abdur Rahman Al-Nasir. Al-Hakam II menduduki kursi kekhalifahan pada
bulan Ramadhan 350 Hijri (Nopember 961). Ketika itu ia telah berusia 45 tahun;
meskipun sebenarnya ia telah sejak lama ditunjuk ayahnya, Abdurrahman III,
sebagai penggantinya. Jauh sebelum memangku jabatan Khalifah, al-Hakam telah
aktif dalam pemerintahan.
Al-Hakam
telah mempersiapkan diri dan cukup matang untuk diangkat dalam tampuk tertinggi
pemerintahan. Ia dikenal sebagai Khalifah cinta damai. Di samping itu ia juga
diberi gelar Khalifah Cendikiawan (“Khalifah Sarjana”).
Keterlibatan
dan keasyikan al-Hakam dengan ilmu pengetahuan tidak mengendorkan perhatiannya
kepada politik, baik dalam maupun luar negeri. Segalanya dapat dikendalikan
karena ia pandai memilih pembantu.
Namun dari itu satu kelemahannya
adalah: al-Hakam telampau percaya pada para pembantunya, yang kelak
sepeninggalan al-Hakam akan mendatangkan akibat fatal. Meskipun selama ia
mendduduki jabatan Khalifah, kelemahan tersebut belum disalahgunakan para
pembantunya, karena mereka masih memiliki rasa segan pada pribadi al-Hakam.[2][4]
Pada
masa ini Hakam dan pasukannya berhasil menundukkan Sancho pimpinan Kristen suku
Leon. Hakam terkenal sebagai suku perdamaian dan terpelajar. Selain itu Hakam
juga membuktikan bahwa Ia juga pemimpin militer yang cakap. Hakam juga
mengerahkan pasukannya di pimpin Ghalib ke Afrika untuk menekan kekuatan
Fatimiyah.
Setelah berhasil mengamankan situasi politik,
Hakam menunjukkan dirinya dalam gerakan pendidikan. Dalam gerakan ini Hakam
berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 400.000 buku dalam perpustakaan negara
di Cordova. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyat, Hakam mendirikan
sekolah-sekolah. Hasilnya seluruh rakyat Spanyol mengenal baca tulis. Dengan
meninggalnya Hakam pada tahun 976 M masa kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol
berakhir.
10. Hisyam II (976-1009 M)
Hakam II Al-Mustanshir mewariskan kedudukan
kepada putera mahkotanya yakni Hisyam II yang baru berusia 10 tahun. Hisyam II
dinobatkan menjadi khalifah dengan gelar Al-
Mu’ayyad. Muhammad ibn Abi Amir Al-Qahthani yang diangkat menajdi hakim
agung pada akhir kekuasaan Al-Mustanshir pada saat itu, mengambil alih seluruh
kekuasaan dan menempatkan Khalifah dibawah pengaruhnya. Ia memaklumkan dirinya
sebagai Al-Malik Al-Manshur Billah (tahun 366-393/ 976-1003) dan terkenal dalam
sejarah dengan sebutan Hajib Al-Mansur. Untuk
memperkuat kedudukannya, Al-Mansur menyingkirkan pangeran-pangeran Bani Umayyah
dan pemuka-pemuka suku yang berpengaruh. Ia membentuk polisi rahasia yang
terdiri dari orang-orang Barbar, sedangkan tentara khalifah yang terdiri dari
orang Slavia dibubarkan dan diganti dengan tentara baru dari orang-orang Barbar
dan dari orang Nasrani dari Leon, Castilla dan Navarre.
Garis kebijakan Al Mansur diteruskan oleh Abd
Al-Malik ibn Muhammad yang bergelar Al-Malik
Al-Mudhaffar (tahun 393-399 / 1003 – 1009 ). Sampai pada saat itu daerah
Dinasti Umayyah masih disegani oleh lawan-lawan dari belahan utara. Akan
tetapi, ketika Al-Mudhaffar digantikan oleh Abd Ar-rahman ibn Muhammad yang
bergelar Al-Mlik Al-Nashir Li Dinillah (399
/ 1009). Terjadi kemelut didalam negeri yang menghantarkan kedaulatan Daullah
Umayyah ketepi jurang kehancuran.
Mala
petakan kehancurkan mulai melanda istana ketika pemuka-pemuka Bani Umayyah
memecat Al-Mu’ayyat ( Hisyam II ) dari
jabatan khalifah, karena Ia bersedia memberikan jabatan tertinggi Negara itu
kepada Al-nashir Lidinillah sepeninggalnya kelak. Mulai saat itu perebutan
kursi khalifah sudah tidak bisa dihindari lagi.
Diatas puing-puing kehancuran Daullah Umayyah Andalusia tersebut
memasuki babak baru yang dikenal dengan periode Muluk Al-Thawa’if.
2.3.1. Kemajuan peradapan pada masa dinasti umayyah 2 :
1. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M. Atas inisiatif Al-Hakam
(961-976M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah
besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah
filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih
dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama
kedua adalah Abu Bakaribn Thufail.[3]
b.
Fiqih
Kebanyakan umat Islam Andalusia adalah penganut
madzab Maliki. Konon madzab in diperkenalkan pertama kali di Andalusia oleh
Ziyadibn Abd al-Rahman ibn Ziyad al-Lahmi. Jejaknya diikuti oleh Yahya bin
Yahya al-Laitsi, yang selain memperoleh ilmu dari al-Lahmi, ia juga berguru
kepada Imam Malik. Atas usaha Al-Laitsi ajaran Malikiyah semakin tersebar di
Andalusia, dan menjadi anutan sebagian besar umat Islam di Andalusia.
c.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal ini dapat diterima oleh orang-orang
Islam dan non-Islam. Bahkan penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli
mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam Bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara,
Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi yang
dijuluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarakannya pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukan
kebolehannya. Dia juga dikenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya
itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan budak-budak,
sehingga kemsyhurannya tersebar luas.
e.
Sains
Ilmu-ilmu
kedokteran, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan
baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
2.3.2 Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
· Konflik Islam dengan Kristen
· Tidak Adanya Ideologi PemersatuKesulitan
Ekonomi
· Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
perkembangan
islam pada priode klasik dapat dilihat 3 bagian ,yaitu masa dinasti umayyah 1
di darmakus,dinasti abbasiah,dan dinasti umayyah 2 di spanyol.pada priode ini
disebut dengan masa kejayaan umat islam . hal ini ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan ,baik ilmu agama,social budaya ,maupun ilmu-ilmu pengetahuan yang
lain
Perkembangan
islam pada dinasti umayyah mulai dari afrika utara hingga ke spanyol.salah satu
dinasti islama terlama adalah abbasiah.setelah dinasti umayyah ,muncul dinasti
abbasiah yang bertahan lebih dari 5 abad (759-1258).dinasti abbsiah
pernahmewujudkan zaman keemasan umat islam.dinasti umayyah ll dispanyol
ditandai ketika abdurrohman ad-dakhil menjadikan aia sebagai Negara islam yang
kuat dan berpengaruh besar terhadap perkembangan islam.
DAFTAR PUSAKA
N.Abbas wahid
2008.sejarah kebudayaan islam.Solo.PT tiga serangkai pusaka mandiri
http://karyarik.blogspot.com/2013/06/makalah-bani-umayyah.html